Kalio (Rendang Basah)
Di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, beberapa rumah makan Padang ada yang tidak menyajikan rendang kering yang berwarna hitam. Dengan alasan waktu memasaknya terlalu lama, dan ongkos produksi yang sedikit lebih mahal. Maka, rendang setengah matang hadir menjadi pilihan. Sehingga banyak pelanggan yang merasa bahwa masakan daging dengan kuah coklat yang sedikit kental itu adalah rendang. Padahal, itu hanyalah rendang setengah jadi, namun dengan daging yang seutuhnya masak.
Disebut sebagai rendang setengah jadi, sebab, santan, bumbu dan rempah-rempahnya belum meresap secara utuh ke dalam campuran rendang. Baik itu daging, pakis, kentang, daging ayam, daging itik, maco, lokan, ataupun campuran rendang lainnya. Teknik memasak kalio adalah setengah rendang yang belum dimasak utuh.
Dalam tradisi di empat daerah yang menonjol dalam laporan BPNB Padang, seperti Kabupaten Agam, Kabupaten Solok, Kota Padang Panjang, dan Kabupaten Tanah Datar, rendang dimasak menjadi kalio dulu. Kemudian setelah beberapa hari baru kembali dimasak menjadi rendang dengan cara memanaskannya di tungku dengan bara api. Di daerah tersebut, kalio sengaja tidak dijadikan rendang agar tahan dan bisa terus dipanaskan saat pesta pernikahan berlangsung. Sebab di daerah-daerah dataran tinggi tersebut, pesta pernikahan bisa berlangsung hingga satu minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar